Artikel
REVIEW KEAMANAN SIBER FASILITAS NUKLIR DARI SUDUT PANDANG FUNGSI DAN ZONA KRITIS | Prosiding SKN 2022
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi pada era industri 4.0, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) mengingatkan ancaman serius serangan siber terhadap fasilitas nuklir di Indonesia. Dalam Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir 2022, Dian Septikasari menegaskan bahwa penggunaan sistem instrumentasi dan kontrol (I&C) digital pada reaktor, fasilitas limbah, dan instalasi nuklir lainnya telah membuka celah bagi potensi serangan siber.
Serangan seperti Stuxnet menjadi bukti bahwa sistem nuklir dapat disabotase melalui jalur digital, yang dapat mengakibatkan kerusakan peralatan hingga mengancam keselamatan publik. Ancaman yang diidentifikasi meliputi spoofing, tampering, kebocoran informasi, serangan Denial of Service, hingga peretasan untuk mendapatkan hak istimewa.
BAPETEN menekankan bahwa keamanan fasilitas nuklir harus dibangun melalui pembatasan ketat pada aliran data, hak akses fisik maupun digital, pengawasan aktivitas, serta perlindungan berlapis melalui cyber defense zones. Fasilitas nuklir perlu dibagi ke dalam zona keamanan mulai dari sistem instrumen hingga area administratif, masing-masing dengan aturan dan pembatasan berbeda.
“Ancaman siber pada infrastruktur kritis kini menjadi prioritas nasional. Kami perlu memastikan setiap fasilitas nuklir memiliki pertahanan digital yang kuat untuk mencegah insiden sebelum terjadi,” ujar Dian Septikasari.
Langkah ini sejalan dengan panduan keamanan dari IAEA dan regulasi internasional lain yang menuntut perlindungan ketat terhadap Sensitive Digital Assets (SDAs) yang mengandung informasi dan fungsi kritis. Dengan pendekatan ini, BAPETEN berharap risiko serangan siber pada fasilitas nuklir dapat ditekan seminimal mungkin (Tim Perpustakaan).