Book
Perspektif, Potensi dan Ketahanan Energi Indonesia
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meluncurkan Buku Perspektif, Potensi dan Cadangan Energi Indonesia. Hal ini diungkap Kepala BPPT, Unggul Priyanto dilatarbelakangi oleh Isu Ketahanan Energi, yang kembali menjadi sorotan penting belakangan ini. Bahkan analisis kepakaran juga menyampaikan bahwa impor sektor Migas kian menjadi faktor yang menjadi sebab melemahnya nilai mata uang kita.
“Kita ketahui bersama, bahwa selama ini negeri kita tercinta, Indonesia terus kita anggap sebagai penghasil minyak, gas dan batubara yang besar di dunia. Namun perlu kita tahu dan sadari bersama, saat ini konsumsi minyak bumi Indonesia melebihi produksi sehingga menjadikan Indonesia sebagai importir minyak bumi. Di sisi lain, Indonesia pun belum memiliki cadangan penyangga energi lain yang dapat memberikan jaminan pasokan dalam waktu tertentu apabila terjadi kondisi krisis dan darurat energi,” papar Unggul dalam acara yang digelar di Kantor BPPT, Jakarta, Selasa (25/09/2018).
Kekhawatiran akan ketahanan energi nasional inilah sebut Kepala BPPT, yang mendorong kami, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, untuk terus berupaya melakukan kaji terap teknologi di bidang energi. Khususnya untuk menciptakan inovasi energi terbarukan, untuk menuju cita energy mix atau bauran energi.
Salah satu upaya penting yang dilakukan yakni melalui Peluncuran Buku Perspektif, Potensi dan Cadangan Energi Indonesia, yang langsung ditulis oleh Kepala BPPT, dan tim khusus ini ditujukan untuk mengubah mindset kita bersama; Bahwa pola eksploitasi energi yang saat ini dilakukan, perlu di ubah, agar Ketahanan Energi Nasional, dapat terus kita tingkatkan.
Menurutnya ada beberapa rekomendasi yang harus dijalankan bila Indonesia tak ingin jatuh ke “lubang” krisis energi.
“Contohnya, upaya mengatasi ketergantungan terhadap impor minyak dari negara tertentu saat ini, mengharuskan Indonesia untuk lebih agresif mencari sumber-sumber pasokan (energi fosil) baru dan sekali lagi perlu ditekankan, yakni melakukan perubahan mindset untuk beralih dan mendiversifikasi pemanfaatan energi baru dan terbarukan, sebagai sumber energi yang dapat diandalkan,” terangnya.
Lebih lanjut disampaikan perlunya dukungan semua pihak dan komitmen besar bahwa Indonesia tak boleh tertinggal. Indonesia tidak boleh terlena untuk tidak menyiapkan strategi di bidang energi dan implementasinya. Waktu yang dirasa masih panjang dapat menjadi sia-sia jika terlambat melakukan antisipasi untuk menjaga ketersediaan energi, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Selain itu pada Buku ini juga dibahas selengkapnya terkait Sektor Ketenagalistrikan yang menunjukkan keandalan potensi listrik dari sumber energi terbarukan yang dapat dioptimalkan bagi kemakmuran Bangsa Indonesia. Diharapkan dengan kehadiran buku ini ini dapat menjadi tonggak perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan nasional Indonesia, khususnya dalam hal ketahanan energi nasional. (Humas/HMP)
Sumber: https://www.bppt.go.id/layanan-informasi-publik/3295-bppt-luncurkan-buku-perspektif-potensi-dan-ketahanan-energi-indonesia
Review oleh Agus Sugiyono
Buku ini memberikan pemahaman tentang keterbatasan energi fosil di Indonesia serta berbagai opsi untuk melakukan diversifikasi energi. Saat ini ketergantungan penggunaan energi fosil sudah sangat besar. Di sektor ketenagalistrikan, masih sangat bergantung pada penggunaan bahan bakar batu bara dan gas. Di sektor transportasi, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) juga belum dapat tergantikan secara signifikan. Begitu juga di sektor rumah tangga yang masih terus mengandalkan penggunaan LPG. Ketergantungan yang sangat besar ini perlu diantisipasi segera, karena produksi energi fosil tersebut cenderung menurun dan suatu saat akan habis.
Opsi yang harus dilaksanakan secara konsisten adalah melaksanakan diversifikasi menggunakan energi baru terbarukan (EBT). Untuk pembangkit listrik, EBT yang dapat diterapkan antara lain panas bumi, tenaga air, sinar matahari (surya), dan tenaga angin (bayu). Keandalan EBT (surya dan bayu) ini masih diperdebatkan. Pasokan energi surya sangat bergantung pada lamanya matahari bersinar dan musim. Sedangkan untuk tenaga angin, tidak semua tempat bisa memanfaatkan karena Indonesia termasuk negara tropis. Kendala dalam pemanfaatan EBT, seperti surya dan angin, karena karakteristiknya yang intermiten, sumber energi tersebut tidak dapat memberikan energi secara kontinu selama 24 jam sehari. Opsi lain yang prospektif untuk pembangkit adalah nuklir. Namun, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) masih menjadi perdebatan terutama soal keamanannya, meskipun generasi terkini sudah jauh lebih aman. Akhirnya suka atau tidak suka, suatu saat akan menggunakan PLTN karena hanya opsi ini yang paling mungkin untuk menggantikan peran batu bara dengan kapasitas besar.
Opsi penggunaan bahan bakar gas (BBG) dan biodiesel pada sektor transportasi merupakan suatu pilihan yang terbaik saat ini dan dengan harapan kedepan akan digantikan dengan kendaraan listrik. Penggunaan BBG tidak hanya untuk kendaraan pribadi tetapi juga untuk kendaraan umum seperti bus. Indonesia memiliki perkebunan sawit yang terluas di dunia dengan produksi sawit sekitar 42 juta ton per tahun. Dari perkebunan sawit inilah bisa diperoleh biodiesel sebagai campuran minyak solar. Minyak kelapa sawit juga bisa diolah langsung menjadi BBM (green fuel) melalui proses pengilangan.
Penggunaan LPG di sektor rumah tangga harus mulai pelan-pelan dikurangi karena LPG seharusnya adalah untuk opsi di masa transisi. Saat ini, impor LPG sudah mencapai 70% dari kebutuhan domestik. Hal ini tentunya akan memberatkan neraca perdagangan Indonesia saat ini dan ke depan. Produksi LPG di dunia ini juga tidak banyak dan hanya merupakan produk sampingan (by product) dari kilang minyak (maksimal 8%) dan tambang gas. Tidak semua tambang gas juga menghasilkan LPG. Karena itu, perlu dipikirkan alternatif sumber energi lain. Gas kota yang berasal dari gas alam bisa menjadi alternatif bagi substitusi LPG karena jumlahnya yang masih mencukupi. Untuk menyalurkan gas ini diperlukan jaringan gas yang bisa menjangkau sampai ke rumah tangga.
Pemikiran dan isi buku ini sudah sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan energi melalui pengurangan impor energi. Buku ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengambil keputusan untuk menyusun kebijakan dalam upaya mengurangi defisit neraca perdagangan.
Sumber: https://agussugiyono.wordpress.com/2018/12/11/resensi-buku-perspektif-potensi-dan-ketahanan-energi-indonesia/
Judul | Edisi | Bahasa |
---|---|---|
Politik Ketahanan Energi Nasional | - | id |