Book
Kiat Memimpin dalam Abad ke-21
Edukatif, informatif, inspiratif, dan aplikatif. Adalah deretan kata yang pas dan sangat tepat dikatakan setelah membaca buku ini. Buku dengan judul “Kiat Memimpin dalam Abad ke-21” ini ditulis oleh seorang konsultan manajemen dan bisnis yaitu Prof. DR. Veitzhal Rivai, M.B.A.. Di dukung dengan pengalamannya buku ini akhirnya berhasil diluncurkan. Diantara pengalamannya yaitu, 25 tahun penulis sebagai eksekutif Bank Mandiri yang saat ini bank terbesar di Indonesia; pengalaman penulis sebagai dosen di berbagai perguruan tinggi selama 28 tahun; sebagai dosen tamu di Malaysia; sebagai konsultan bisnis dan manajemen pada berbagai perusahaan serta kegiatan penulis pada berbagai organisasi yang berskala nasional. Oleh karena itu buku ini patut dibaca oleh mereka yang ingin sukses dalam kepemimpinannya.
Dari membaca judulnya saja, pembaca sudah dapat membayangkan, hal-hal menarik apa yang akan penulis suguhkan dalam karyanya ini. Buku ini mengulas berbagai macam aspek seputar kepemimpinan atau leadership di abad ke -21 ini. Isinya sangat relevan dengan kondisi masyarakat, terlebih masyarakat Indonesia yang sedang mengalami krisis kepemimpinan seperti sekarang.
Buku ini membekali pembaca untuk menghadapi gelombang pasang atau surut dalam dunia kepemimpinan. Tujuannya agar pembaca lebih mampu dan lebih siap serta dapat berdiri tegak mengendalikan diri dan akhirnya akan berhasil meraih sukses dalam hidupnya, sebagaimana juga sukses yang telah dialami oleh orang-orang sukses pada beberapa era terdahulu.
Buku ini sangat bermanfaat bagi pemimpin dan calon-calon pemimpin masa depan, baik pemimpin perusahaan maupun pemimpin organisasi (pemimpin formal atau pemimpin informal) atau pun mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pemimpin. Khusus bagi mahasiswa, buku ini patut dibaca dan dijadikan sebagai salah satu buku yang menarik bagi mahasiswa program studi manapun.
“Kiat Memimpin dalam Abad ke-21” ini mengulas bagaimana model memimpin organisasi pada abad ke-21. Karena sebuah pertanyaan besar muncul tentang masih relevankah figur kepemimpinan dengan tipe kepemimpinan heroik seperti Lee Lacocca yang telah melakukan perubahan manajemen pada Chrysler Corporation atau Steven Jobs dengan prestasinya dalam bidang teknologi tinggi keuangan pada Apple Computer? Nah, dalam karyanya ini, Prof. Veitzhal menuliskan ada tipe kepemimpinan yang khas, yang diperlukan oleh organisasi dalam abad millennium ini, yaitu Superleadership.
Seperti apakah Superleadership itu? Penulis menjelaskan bahwa Superleadership yaitu suatu ciri kepemimpinan yang memimpin orang lain dengan memimpin dirinya sendiri (Selfleadership). Superleadership juga dikenal sebagai pemimpin empowering (pemberdaya). Pemimpin menjadi super mempunyai kekuatan dan kebijakan dari orang-orang dengan membantu mendorong kemampuan pengikut yang mengelilingi mereka. Kekuatan Superleader berlipat-lipat karena adanya kekuatan orang lain. Mengembangkan setiap orang menjadi self-leadership adalah tantangan yang menarik dan berat. Pemimpin yang melakukan ini disebut Superleader, suatu istilah yang digunakan manajer dan eksekutif yang bertanggung jawab memimpin orang lain, khususnya karyawan langsung mereka.
Lebih spesifik seorang Superleader adalah seseorang yang memimpin orang lain untuk memimpin diri mereka sendiri. Superleader mendesain dan meletakkan sistem yang diikuti dan mengajar karyawan untuk menjadi self-leader. Pendekatan tersebut terdiri dari perluasan perangkat perilaku, yang semuanya dimaksudkan untuk menjadikan pengikut mempunyai kemampuan perilaku dan kognitif yang penting untuk melatih self-leadership. Superleader bertanya, “Apa yang dapat aku lakukan untuk memimpin orang lain agar mereka memimpin diri mereka sendiri?”. Superleader mendorong pengikutnya untuk berinisiatif, bertanggung jawab sendiri, percaya diri merencanakan tujuan sendiri, berfikir secara positif, dan mampu mengatasi permasalahan. Superleader memberi semangat pada orang lain untuk bertanggung jawab dari pada memberi perintah. Satu bagian penting dari Superleadership dalam menghadapi tantangan abad ke-21 adalah mengharuskan para pengikutnya untuk berpengetahuan dan perlu informasi untuk melatih kepemimpinan mereka sendiri.
Penulis juga dalam buku ini, mengutip perkataan Bill Gates yang isi pokoknya, bahwa pemimpin adalah seseorang yang mampu menciptakan selfleader yang mempunyai pengetahuan dan informasi yang berarti bagi peningkatan kinerja dan organisasi mereka.
Sebuah kalimat singkat namun mendalam tertulis seperti ini, “…pada dasarnya tidak ada pemimpin yang dilahirkan…”. Manusia mungkin memiliki kemampuan tertentu yang memungkinkan mereka berkembang menjadi pemimpin, tapi mereka harus bekerja untuk itu. Kualitas atau ciri apa yang membuat seorang pemimpin efektif? Penulis menjelaskan bahwa pemimpin cenderung memiliki empat karakteristik umum seperti intelegensi, kematangan sosial, memiliki motivasi dan orientasi pencapaian, dan memiliki kepercayaan diri dan keterampilan komunikasi yang baik. Seorang pemimpin harus memiliki mutu. Ada 35 sifat yang harus dimiliki untuk menunjukkan mutu itu, yaitu akhlak yang baik, memiliki daya imajinasi, berfikir menurut fungsinya, mampu bersikap adil bagi semua, bersikap sebagai pendidik, memiliki banyak minat, memilki emosi yang matang, mampu menghormati diri dan orang lain, tekun, efektif dalam bertindak, terampil, tegas, mampu mengkoordinir dengan rapi, dapat dipercaya dan mandiri, punya integritas tinggi, semangat kerja tinggi, energik, bersifat sebagai pelatih, ekspresif (berbicara dan menulis), berpikir tajam, bertanggung jawab, logis, orientasi pada hasil, motivasi kerja tinggi, efisien, mampu melihat kedepan, memiliki sifat sebagai yang kaya dengan sumber, memiliki sifat sebagai seorang yang selalu ingin berbuat baik, kreatif, pekerja keras, dan inovatif, setia, manusiawi, jujur, cekatan, disiplin, memegang janji.
Dari 35 mutu yang disyaratkan, 3 diantaranya adalah kejujuran, integritas, dan tanggung jawab. Sangat berkenaan dengan apa yang dibutuhkan pemimpin saat ini. Para pemimpin jelas harus memiliki kejujuran dan integritas. Para pemimpin membangun kepercayaan yang berhubungan antara diri mereka dengan para pengikutnya dengan menjadi orang yang dipercaya dan dengan menunjukkan konsistensi yang tinggi antara kata dan tindakan, sehingga dapat dikatakan bahwa sama antar kata dengan perbuatan.
Ada 3 gaya kepemimpinan yang menarik untuk dipelajari, pemimpin kharismatik, transaksional, dan transformasional. Pemimpin kharismatik adalah seorang yang punya percaya diri, memiliki visi masa depan yang lebih baik, memiliki keyakinan yang kuat pada visi tersebut, perilaku yang tidak konvesional, merasa sebagai agen perubahan radikal. Pemimpin transaksional membimbing pengikutnya ke arah penetapan tujuan dengan menjelaskan peran dan syarat-syarat pekerjaan. Pemimpin transformasional menginspirasi pengikutnya untuk menempatkan kebaikan dan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi serta pemimpin mampu memberikan pengaruh luar biasa kepada pengikutnya.
Dalam isi bukunya, penulis menyatakan menurut Henry Mintzberg, seorang Amerika yang mengadakan studi eksekutif puncak beberapa tahun lalu, sebenarnya aktivitas pemimpin dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu kepemimpinan interpersonal, kepemimpinan informasional, dan kepemimpinan desisional.
Sungguh karya yang inspiratif. Menghapus rasa dahaga akan kebutuhan-kebutuhan ruhaniah seorang pemimpin. Buku ini, juga membuka mata kita bahwa betapa pentingnya komunikasi efektif dalam konsep kepemimpinan sukses. Pemimpin sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi perusahaan, mau tidak mau dan suka tidak suka harus berkomunikasi pada semua pihak, baik melalui formal ataupun informal. Suksesnya kepemimpinan seseorang harus disadari bahwa sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya dalam berkomunikasi yang tepat dengan semua pihak, baik secara vertikal maupun horizontal. Artinya seorang pemimpin harus bisa beradaptasi dan dapat berkomunikasi dengan siapa pun tanpa hambatan yang berarti.
Setidaknya, terdapat lima hukum berkomunikasi efektif yang dapat kita petik dengan membaca buku ini. Karena sesungguhnya komunikasi itu, menurut penulis, pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon dari orang lain. Hukum itu diantaranya, respect, empathy, audible, clarity, dan humble.
Respect, rasa hormat dan saling menghargai setiap individu sebagai hukum pertama yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Yang perlu diingat bahwa saling menghargai dan saling menghormati dapat menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektivitas kinerja. Empathy, adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengar dan dimengerti oleh orang lain. Audible, searah dengan empathy artinya pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Clarity, artinya keterbukaan dan transparansi untuk menumbuhkan saling percaya dari penerima pesan atau anggota tim kita. Dengan demikian sikap saling curiga dapat dihilangkan. Humble, terkait dengan hukum pertama yaitu menghargai orang lain yang biasanya didasari sikap rendah hati yang kita miliki.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan oleh lima hal tersebut, maka komunikasi kita akan menjadi efektif, dan kita dapat menjadi komunikator yang handal pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaaan.
Ada hal yang tak kalah menarik, walaupun penulis banyak mengutip dan mencari sumber informasi kepemimpinan dari ilmuwan luar negeri, tetapi bukan berarti filosofi masyarakat bangsanya sendiri terlupakan. Hal ini dapat kita perhatikan dari kepandaian penulis dalam menjabarkan mengenai ciri kepemimpinan yang mengambil dari pepatah Jawa kuno, diantaranya Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani (di depan memberikan contoh dan teladan, di tengah memberikan semangat dan motivasi, dari belakang memberi dorongan dan bimbingan), Waspada purba wiseso (selalu waspada tanpa ada batasnya), Ewuh pakewuh (sungkan-tidak enak, tegas bersikap dalam mengoreksi mereka yang melakukan pelanggaran/kesalahan), Ambeg parana arta (mendahulukan yang penting), Prasaja, satia, gemi nastitis, bela-ka legawa (sederhana, loyal, selalu hemat dan berhati-hati, jujur dalam bertugas dan bertanggung jawab, ikhlas dan lapang dada). Sangat nasionalime. Hal ini mengisyaratkan bahwa bangsa kita sudah cukup kaya dengan keluhuran budi pekertinya, tinggal bagaimana kita memaknainya dan mau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penulisannya yang sistematis, membuat buku ini semakin membuat pembacanya tak perlu sulit-sulit memahaminya. Semuanya dikupas lengkap. Mulai dari hal yang paling mendasar tentang keutamaan kepemimpinan abad milenium hingga mengulas tentang kiat-kiat mengatasi konflik dalam kelompok serta bagaimana membangun motivasi dalam tim.
Pada bab terakhir, penulis menantang pembaca melalui sederetan pertanyaan guna mengukur kualitas kepemimpinan. Melaui beberapa pertanyaan yang dapat diisi langsung, pembaca dapat mengidentifikasi dirinya sendiri tentang seberapa besarkah jiwa kepemimpinan yang tersimpan dalam dirinya. Kredibilitas penulis jelas tak perlu diragukan lagi. Penulis tidak hanya pintar sebatas teori tetapi juga sudah sangat berpengalaman dan mengerti akan dunia kepemimpinan. Ulasannya begitu dalam dan mendetail.
Kehadiran buku ini sangat penting dan perlu disambut dengan positif sehingga dapat menginspirasi bagi siapapun yang pembacanya. Bukan hal yang tidak mungkin berawal dari buku ini akan tercipta calon-calon pemimpin bangsa ini beberapa tahun ke depan.
Setelah selesai membaca buku ini, diharapkan ada tertinggal semangat untuk terus berjuang memajukan bangsa. Sudah saatnya untuk melangkah lebih jauh mengejar ketertinggalan dengan negara-negara Asia khususnya dan dunia pada umumnya yaitu dalam mengantisipasi kemajuan di segala bidang di abad ke-21 ini. Superleadership adalah motor yang menggerakkan roda kemajuan itu.
Buku ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu isinya yang memang disiapkan serelevan mungkin dengan kondisi dan tantangan kepemimpinan pada abad ke-21 ini. Ulasannya lengkap, tidak membuat pembaca bingung dan mengambang karena uraian juga yang sistematis. Di tambah lagi dengan penulisan ayat Al Qur’an di beberapa bagian tulisan, membuat pembaca khususnya yang beragama Islam memiliki kekuatan sugesti tersendiri setelah membacanya.
Namun, buku ini juga tak luput dari kekurangan. Penggunaan bahasa yang sangat baku dan banyak menggunakan istilah asing, membuat pembaca hanya terbatas pada masyarakat yang berada pada pengetahuan tingkat tertentu sehingga perlu pemahaman mendalam untuk menangkap maksudnya. Ini membuat, sasaran strategis seperti pelajar tingkat pertama atau pun masyarakat awam, yang notabene juga sebagai pemimpin bagi dirinya tidak dapat menjadi target yang terlalu potensial untuk membaca buku ini. Alangkah lebih baiknya lagi jika buku ini juga dapat disusun dalam format bahasa yang lebih mudah di serap atau dimengerti oleh kalangan muda.
Ada beberapa hal yang mendasari pemilihan buku ini sebagai bahan referensi. Pertama, karena isinya yang sangat relevan dengan kriteria buku bertemakan kepemimpinan sesuai yang dimaksud oleh panitia. Kedua, karena isinya yang up to date di era milenium ini semakin menambah antusiasme untuk membacanya. Ketiga, dikarenakan buku ini adalah karya seorang yang sangat berpengalaman dalam bidangnya yang sudah tidak diragukan lagi kapabilitasnya. Keempat, karena isinya yang sangat bagus dan kompleks, tak hanya memandang kepemimpinan dari satu aspek, namun mengulasnya dari berbagai aspek. Keempat hal itulah yang menjadikan buku ini memiliki tempat tersendiri untuk dipilih sebagai bacaan yang penuh nilai-nilai luhur kepemimpinan.
Peresensi: Suryadi Achmad
Sumber: https://suryadiachmad.wordpress.com/2016/03/11/resensi-kiat-memimpin-dalam-abad-21/
Judul | Edisi | Bahasa |
---|---|---|
Dasar–Dasar Kepemimpinan dan Komitmen Kepemimpinan Abad XXI | - | id |