Artikel
Development of Nuclear Cybersecurity Culture for Nuclear Installation Personnel | Prosiding SKN 2021
Transformasi sistem instalasi nuklir dari analog ke digital membawa tantangan baru di bidang keamanan. Jika dulu instalasi nuklir bersifat tertutup, kini keterhubungan dengan jaringan eksternal membuka celah kerentanan siber. Hal ini menjadi sorotan utama dalam Seminar Keselamatan Nuklir 2021 yang menekankan pentingnya pembangunan budaya keamanan siber di lingkungan tenaga nuklir.
Nanang Triagung Edi Hermawan dari Direktorat Peraturan Instalasi dan Bahan Nuklir, BAPETEN, menjelaskan bahwa serangan siber terhadap fasilitas nuklir bukan lagi mitos. Kasus-kasus seperti serangan worm di PLTN Davis Beese (2003), Stuxnet di Iran (2010), hingga kebocoran data di PLTN Monju Jepang (2014) menjadi bukti nyata betapa seriusnya ancaman ini. “Faktor manusia menjadi penyebab dominan, hingga 80% kerentanan siber berasal dari human error,” ungkapnya.
Menurutnya, penerapan sistem keamanan teknologi saja tidak cukup. Perlu adanya langkah strategis membangun kesadaran dan budaya keamanan siber di kalangan seluruh personel instalasi nuklir. Mulai dari disiplin penggunaan perangkat lunak asli, manajemen kata sandi yang baik, hingga larangan mengakses email pribadi atau situs internet melalui komputer kendali reaktor. Kebiasaan buruk semacam ini berpotensi memicu bencana besar.
BAPETEN juga mendorong penyusunan regulasi yang lebih komprehensif terkait keamanan siber nuklir. Pembaruan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan sinkronisasi dengan UU ITE serta aturan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menjadi pijakan penting. Selain itu, operator instalasi nuklir diwajibkan memiliki program, rencana, hingga prosedur keamanan siber yang jelas.
“Peningkatan literasi digital personel dapat dilakukan lewat pelatihan, workshop, hingga sosialisasi sederhana seperti pamflet dan stiker. Budaya keamanan siber hanya bisa tumbuh jika semua pihak, dari manajemen hingga operator lapangan, terlibat aktif,” ujar Hermawan.
Dengan berkembangnya teknologi, keamanan siber bukan sekadar kebutuhan teknis, melainkan pilar utama untuk menjamin keselamatan instalasi nuklir dan perlindungan masyarakat (Tim Perpustakaan).
Jika file tidak bisa diunduh, hubungi pustakawan