Artikel
Pemantauan Dosis Ekstrimitas Tangan Hp(0,07) Menggunakan pada Pekerja Radiasi dengan Prosedur18F di Kedokteran Nuklir | JUPETEN 2024
Dalam dunia kedokteran nuklir, pekerja radiasi menghadapi risiko paparan radiasi yang signifikan, terutama dalam prosedur dengan radiofarmaka seperti 18F-FDG dan 18F-PSMA. Penelitian yang diterbitkan di Jurnal Pengawasan Tenaga Nuklir Volume 4, Nomor 2, Desember 2024, mengungkapkan pentingnya proteksi radiasi melalui pemantauan dosis ekstremitas pekerja untuk memastikan keselamatan mereka.
Penelitian ini dilakukan di sebuah rumah sakit di Indonesia, melibatkan radiofarmasis dan perawat yang bekerja selama lima minggu. Dengan menggunakan Hasto Dosimeter, ditemukan bahwa radiofarmasis menerima dosis radiasi yang lebih tinggi dibandingkan perawat, yaitu berkisar antara 15-77 µSv/GBq per minggu, sedangkan perawat hanya menerima 0,8-2,85 µSv/GBq. Dosis tinggi ini mencerminkan tanggung jawab radiofarmasis yang lebih besar dalam penyiapan dan pengiriman radiofarmaka.
Hasil pemantauan menunjukkan bahwa dosis yang diterima oleh radiofarmasis dapat melebihi Nilai Batas Dosis (NBD) tahunan sebesar 500 mSv, sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 17 Tahun 2012. Sebaliknya, dosis yang diterima perawat tetap berada di bawah ambang batas tersebut. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya perlindungan tambahan, seperti penggunaan alat pelindung dan injektor otomatis, serta pembagian beban kerja yang lebih merata.
Upaya proteksi radiasi yang lebih baik menjadi kebutuhan mendesak untuk melindungi pekerja radiasi di instalasi kedokteran nuklir. Penggunaan teknologi terkini, seperti Hasto Dosimeter berbasis TLD CaSo4:Dy yang telah terkalibrasi sesuai standar internasional, dapat meningkatkan akurasi pemantauan dosis. Studi ini menjadi rujukan penting bagi praktisi dan pengambil kebijakan untuk memastikan keselamatan tenaga medis tanpa mengurangi kualitas pelayanan kedokteran nuklir.