Artikel
Performance Assessment of Health Facility Based On Implementation Of Radiation Protection Optimization On Occupational Exposure: A Review | Prosiding SKN 2020
Dalam upaya meningkatkan keselamatan kerja tenaga radiasi di fasilitas kesehatan, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) memperkenalkan sebuah metode penilaian kinerja baru yang menilai sejauh mana fasilitas kesehatan telah mengoptimalkan proteksi radiasi bagi para pekerjanya. Inovasi ini disampaikan oleh Endang Kunarsih dalam makalah berjudul “Performance Assessment of Health Facility Based on Implementation of Radiation Protection Optimization on Occupational Exposure” pada Seminar Keselamatan Nuklir Tahunan 2020 yang diselenggarakan oleh BAPETEN dan FMIPA Universitas Indonesia.
Penelitian ini menyoroti pentingnya penerapan prinsip optimisasi proteksi radiasi agar dosis radiasi yang diterima pekerja dapat dijaga serendah mungkin dengan tetap mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Selama ini, penilaian kinerja fasilitas kesehatan lebih banyak berfokus pada kepatuhan terhadap peraturan perizinan, tanpa ukuran kuantitatif terhadap efektivitas proteksi radiasi yang diterapkan.
Model baru yang diusulkan BAPETEN menggunakan pendekatan skala penilaian (rating scale) berbasis prinsip PDCA (Plan-Do-Check-Act). Dengan metode ini, kinerja fasilitas dinilai dari dua aspek utama: manajerial (seperti kebijakan, pelatihan, komunikasi, dan komitmen organisasi) serta teknis operasional (meliputi pengendalian dosis, kalibrasi alat, dan penjadwalan kerja).
Hasil penilaian kemudian dikonversi ke skala 100 untuk memudahkan pemantauan dan perbandingan dari waktu ke waktu. Fasilitas yang memperoleh skor antara 81–100 dikategorikan “sangat baik”, sementara skor di bawah 40 menunjukkan perlunya tindakan korektif menyeluruh.
Endang Kunarsih menjelaskan bahwa sistem ini bukan hanya membantu fasilitas kesehatan melakukan evaluasi mandiri (self-assessment), tetapi juga mempermudah BAPETEN dan Kementerian Kesehatan dalam melakukan pengawasan dan penentuan strategi peningkatan keselamatan radiasi di sektor medis.
“Dengan adanya penilaian kuantitatif ini, setiap rumah sakit dan fasilitas radiologi dapat melihat sejauh mana mereka sudah menerapkan proteksi radiasi yang optimal, dan memperbaiki area yang masih lemah,” ujar Endang. Ia menegaskan bahwa pendekatan ini mendukung budaya keselamatan (safety culture) yang berkelanjutan bagi tenaga kerja di bidang radiologi, kedokteran nuklir, dan radioterapi (Tim Perpustakaan).
Jika file tidak bisa diunduh, hubungi pustakawan
| Judul | Edisi | Bahasa |
|---|---|---|
| Calibration of Radiation Protection Monitoring Instrumens | - | en |